AGEN BANDAR Q - Dari Amerika, musisi perempuan bentuk grup keroncong dan pentas di Solo
AGEN BANDAR Q - Dari Amerika, musisi perempuan bentuk grup keroncong dan pentas di Solo
AGEN BANDAR Q - Dhek jaman berjuang, njur kelingan anak lanang. Mbiyen tak openi, ning saiki ono ngendi.
Penggalan lirik lagu keroncong berjudul caping gunung karya mendiang Gesang itu dilantunkan oleh penyanyi keroncong asal Amerika Serikat, Hannah Standiford.
Perempuan ini merupakan salah satu dari enam musisi yang tergabung ke dalam grup musik keroncong asal AS bernama 'Rumput Band'.
Selain Hannah, ada Andy McGraw yang memainkan instumen cello, Kyle Dosier (cuk), John Priestley (gitar), Paul Wilson (biola), Nat Quick (bass). Mereka tampak lincah dan luwes memainkan alat musik tersebut sembari mengiringi lagu-lagu keroncong langgam Jawa.
Sekitar 100 penonton yang duduk lesehan maupun berdiri di depan Panggung Gesang, Resto Omah Sinten, Ngarsopuro, Solo pun tampak menikmati alunan keroncong yang dinyanyikan grup itu.
Di samping lagu caping gunung, Hannah menyanyikan lagu langgam Jawa lainnya yang pernah dinyanyikan maestro keroncong, Wadjinah, berjudul, walang kekek. Ia juga menyanyikan lagu keroncong berbahasa Indonesia dengan judul pejuang sejati.
Meskipun logat bahasa Jawanya belum bisa kental dalam mengucapkan lirik-lirik tersebut, namun ia berhasil menghipnotis penonton yang hadir dengan kepiawaiannya menyanyi sembari memainkan cak.
Para penonton bertepuk tangan riuh setiap kali orkes keroncong itu rampung membawakan sebuah lagu.
Cerita rakyat Amerika
Dalam pentas itu, Rumput Band juga berkolaborasi dengan pentas 'cranckies', semacam wayang beber. Kain bergambar panorama itu dimainkan dengan cara diputar, sedangkan di bagian tengahnya disorot lampu serta terdapat gerakan bayang-bayang seperti dalam pentas wayang kulit.
Crankies memuat cerita rakyat Amerika Serikat.
Pentas crankies tersebut dimainkan oleh tiga orang yang terdiri dari Ed Breitner, Berth Reid dan Greyson Goodenow. Mereka berbagi tugas, ada yang memutar beber serta memainkan wayang.
Lagu pengiring pentas wayang tersebut pun mengambil lagu 'Mas Joko' yang merupakan adpatasi dari lagu rakyat AS, 'John Henry', serta lagu rakyat asal Irlandia berjudul 'Lowlands of Hollands'. Semua lagu itu dikemas denga permainan musik keroncong.
Bagi Hannah, kecintaannya terhadap musik keroncong muncul ketika dirinya mengikuti program beasiswa Darmasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar negeri (PKLN) di Institut Senin Indonesia (ISI) Surakarta tahun 2014 silam.
Pada waktu itu, ia memilih Solo karena ingin mempelajari karawitan.
"Waktu itu saya masih mahasiswa jurusan gitar klasik untuk S1 di Virginia Commonwelath University, Amerika. Jadi pertama kali saya coba music Indonesia itu dengan grup gamelan Bali di Kota Richmond yang ada di negara bagian Virginia. Setelah itu saya langsung menemukan beasiswa untuk belajar karawitan di ISI Solo (Surakarta)," kata Hannah kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq.
Setelah memperoleh beasiswa dan belajar di ISI Surakarta, Hannah sehari-hari belajar karawitan serta bahasa Indonesia.
'Musik kerongkong'
Perjumpaan dengan musik keroncong terjadi ketika sedang menekuni karawitan di Solo. Ia mengaku music itu benar-benar eksotis dan membuatnya jatuh cinta. Tak pelak, berbagai cara pun dilakukan untuk lebih mengenal keroncong yang memang besar di Solo.
"Pertama mengenal musik keroncong di Solo. Awalnya saya tahu dari youtube, kualitas video itu tidak berkualitas tapi ada sesuatu yang menarik tentang musik itu, yaitu roso (rasa). Dulu mula-mula, saya menyebutnya musik kerongkong, bukan keroncong, karena belum bisa bahasa Indonesia," jelasnya.
Setelah menonton video tersebut, Hannah semakin penasaran dengan keroncong. Memang saat masih di belajar di Amerika, dirinya sudah mengenal gamelan, tetapi tidak dengan keroncong. Untuk itu, dia berekad bulat harus bisa mempelajarinya.
"Penasaran saja, kenapa saya tahu gamelan, tapi tidak keroncong. Yang menarik lagu keroncong itu menggunkan tangga nada yang berbeda denga muskc Barat, bukan diatonik tapi slendro dan pelog," sebutnya.
Hannah pun benar-benar memanfaatkan kesempatan mendapatkan beasiswa di ISI Surakarta itu. Jika siang hari belajar mengenai karawitan, sedangkan pada malam hari dimanfaatkan untuk belajar music keroncong. Ia mengakui mempelajari music keroncong dari sejumah komunitas music di Solo.
"Untuk belajar musik keroncong di Solo itu dengan komunitas-komunitas music keroncong. Tidak ada guru karena mereka tidak mau disebut guru. Teman-teman komunitas sangat terbuka untuk mengajari saya bermusik keroncong," jelasnya.
Belajar dengan pengamen
Saking jatuh cintanya dengan music keroncong, Hannah pun rela harus belajar music keroncong dengan pengamen.
Para pengamen yang setiap malam mangkal di warung makan 'Sumber Bestik' di depan SMA Al Islam Solo itu terdiri dari tiga orang, yakni Joko Mulato alias Pedro merupakan vokalis dan memainkan cak, Slamet alias Kepek memegang cello, kemudian Darwis alias Rembol memainkan cuk.
"Mereka mungkin paling terbuka untuk mengajari saya musik keroncong karena setiap malam selalu main musik keroncong untuk mengamen. Beda dengan komunitas lainnya yang kadang seminggu sekali main," ucapnya.
Hannah mengaku tidak malu ikut mengamen. Pasalnya dengan langsung ikut bermain, dia merasa a pengalaman dan ilmnya akan bertambah.
Saat mengamen di 'Sumber Bestik', Hannah memainkan instrumen bergantian dengan Pedro.
"Pak Pedro selalu mempersilahkan saya untuk menyanyi dan bergantian main cak," ungkap dia.
Pedro, menurutnya, selalu memberikan wejangan terkait teknik dan permainan dalam musik keroncong. Hannah belajar alat music cello juga dari Kepek. Meski demikian, untuk menguasai alat cello, Hannah mengakui bisa lihai.
"Kadang saya diajari seperti ini cara memainkan cak dan cello. Terus untuk belajar menyanyi di sini tidak hanya langgam Jawa tapi juga lagu pod an dangdut yang dikeroncongkan. Mereka sangat sabar mengajari saya," tuturnya.
Hannah pun mengaku terakhir kali ikut mengamen di 'Sumber Bestik' sekitar awal Juli lalu sebelum melakukan tur keliling ke beberapa kota di Indonesia untuk pentas musik keroncong bersama teman-temannya dari Amerika yang tergabung dalam Rumput Band.
Mengamen di warung makan kaki lima menjadi pengalaman yang luar biasa karena pembeli biasanya kaget melihatnya menyanyi langgam Jawa.
"Pembeli bestik langsung kaget ketika mengetahui yang nyanyi saya. Apalagi saya nyanyi langgam Jawa. Tapi it's okay," ucapnya.
Sementara itu, Pedro yang merupakan pentolan grup pengamen keroncong itu mengaku bangga dan senang bisa mengajari Hannah bermusik keroncong.
Ia pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Hannah di Joglo Sriwedari saat ada pertemuan komunitas keroncong. Saat itu, Hannah berkenalan dengannya sembari mengatakan tertarik untuk belajar keroncong.
"Setelah pertemuan itu, saya mengajak Hannah untuk bisa main ke tempat saya ngamen di Sumber Bestik. Eh, selang beberapa waktu kemudian, Hannah benar-benar datang dan belajar music dengan teman-teman pengamen ini," katanya.
Menurut Pedro, Hannah memiliki talenta bermusik yang sangat bagus. Setelah menguasai alat musik cak, kini ia sedang belajar cello kepada Kepek yang pernah dinobatkan sebagai pemain cello terbaik se-Solo dalam suatu ajang perlombaan di kota itu.
"Sebenarnya saya mengarahkan Hannah untuk fokus vokal keroncong saja. Tapi kemauan dia untuk belajar menguasai alat music keroncong keras. Setelah belajar cak dari teman yang lain, Hannah sekarang sedang cello di sini," akunya.
Membentuk grup musik
Sedemikian cintanya dengan keroncong, Hannah membentuk grup musik keroncong di Amerika Serikat dengan nama Rumput Band.
Selain Hannah, grup itu digawangi oleh Andy McGraw yang merupakan guru besar musik etnik di University of Richmond.
Grup keroncong Rumput Band itu mempelajari musik keroncong dari hasil rekaman video yang dilakukan Hannah di Solo dan kemudian dikirimkan kepada Andy.
"Saya kirim rekaman video masing-masing pemain yang memainkan alat musik keroncong. Rekaman itu dikirim kepada Dr Andy McGraw untuk dipelajari cara main musik keroncong. Sahabat saya tu juga yang memiliki alat gamelan Bali di Amerika," ujarnya.
Setelah program beasiswa Darmasiswa selesai, Hannah kembali ke Amerika pada 2015 lalu dan langsung bergabung dengan Rumput Band.
Grup tersebut pun sering pentas di sejumlah tempat di Amerika seperti di Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC, Wake Forest, Smithsonian Muesum, Richmond Univeristy dan lainnya.
"Orkes Keroncong Rumput Band saat ini jug sedang keliling di kota-kota di Indonesia seperti Solo, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta untuk bermain musik keroncong. Kami sangat senang akhirnya teman-teman Rumput Band bisa berkunjung di pusatnya keroncong di Solo," akunya bangga.
Kini, sembari bermusik dengan Rumput Band, Hannah melakukan penelitian musik keroncong untuk bahan kuliah S2 dan S3 di jurusan musik etnik di University of Pittsburgh, AS.
Sejak Agustu 2017 lalu, Hannah kembali datang ke Solo untuk melakukan penelitian keroncong.
AGEN BANDAR Q - Dari Amerika, musisi perempuan bentuk grup keroncong dan pentas di Solo
AGEN BANDAR Q - Dhek jaman berjuang, njur kelingan anak lanang. Mbiyen tak openi, ning saiki ono ngendi.
Penggalan lirik lagu keroncong berjudul caping gunung karya mendiang Gesang itu dilantunkan oleh penyanyi keroncong asal Amerika Serikat, Hannah Standiford.
Perempuan ini merupakan salah satu dari enam musisi yang tergabung ke dalam grup musik keroncong asal AS bernama 'Rumput Band'.
Selain Hannah, ada Andy McGraw yang memainkan instumen cello, Kyle Dosier (cuk), John Priestley (gitar), Paul Wilson (biola), Nat Quick (bass). Mereka tampak lincah dan luwes memainkan alat musik tersebut sembari mengiringi lagu-lagu keroncong langgam Jawa.
Sekitar 100 penonton yang duduk lesehan maupun berdiri di depan Panggung Gesang, Resto Omah Sinten, Ngarsopuro, Solo pun tampak menikmati alunan keroncong yang dinyanyikan grup itu.
Di samping lagu caping gunung, Hannah menyanyikan lagu langgam Jawa lainnya yang pernah dinyanyikan maestro keroncong, Wadjinah, berjudul, walang kekek. Ia juga menyanyikan lagu keroncong berbahasa Indonesia dengan judul pejuang sejati.
Meskipun logat bahasa Jawanya belum bisa kental dalam mengucapkan lirik-lirik tersebut, namun ia berhasil menghipnotis penonton yang hadir dengan kepiawaiannya menyanyi sembari memainkan cak.
Para penonton bertepuk tangan riuh setiap kali orkes keroncong itu rampung membawakan sebuah lagu.
Cerita rakyat Amerika
Dalam pentas itu, Rumput Band juga berkolaborasi dengan pentas 'cranckies', semacam wayang beber. Kain bergambar panorama itu dimainkan dengan cara diputar, sedangkan di bagian tengahnya disorot lampu serta terdapat gerakan bayang-bayang seperti dalam pentas wayang kulit.
Crankies memuat cerita rakyat Amerika Serikat.
Pentas crankies tersebut dimainkan oleh tiga orang yang terdiri dari Ed Breitner, Berth Reid dan Greyson Goodenow. Mereka berbagi tugas, ada yang memutar beber serta memainkan wayang.
Lagu pengiring pentas wayang tersebut pun mengambil lagu 'Mas Joko' yang merupakan adpatasi dari lagu rakyat AS, 'John Henry', serta lagu rakyat asal Irlandia berjudul 'Lowlands of Hollands'. Semua lagu itu dikemas denga permainan musik keroncong.
Bagi Hannah, kecintaannya terhadap musik keroncong muncul ketika dirinya mengikuti program beasiswa Darmasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar negeri (PKLN) di Institut Senin Indonesia (ISI) Surakarta tahun 2014 silam.
Pada waktu itu, ia memilih Solo karena ingin mempelajari karawitan.
"Waktu itu saya masih mahasiswa jurusan gitar klasik untuk S1 di Virginia Commonwelath University, Amerika. Jadi pertama kali saya coba music Indonesia itu dengan grup gamelan Bali di Kota Richmond yang ada di negara bagian Virginia. Setelah itu saya langsung menemukan beasiswa untuk belajar karawitan di ISI Solo (Surakarta)," kata Hannah kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq.
Setelah memperoleh beasiswa dan belajar di ISI Surakarta, Hannah sehari-hari belajar karawitan serta bahasa Indonesia.
'Musik kerongkong'
Perjumpaan dengan musik keroncong terjadi ketika sedang menekuni karawitan di Solo. Ia mengaku music itu benar-benar eksotis dan membuatnya jatuh cinta. Tak pelak, berbagai cara pun dilakukan untuk lebih mengenal keroncong yang memang besar di Solo.
"Pertama mengenal musik keroncong di Solo. Awalnya saya tahu dari youtube, kualitas video itu tidak berkualitas tapi ada sesuatu yang menarik tentang musik itu, yaitu roso (rasa). Dulu mula-mula, saya menyebutnya musik kerongkong, bukan keroncong, karena belum bisa bahasa Indonesia," jelasnya.
Setelah menonton video tersebut, Hannah semakin penasaran dengan keroncong. Memang saat masih di belajar di Amerika, dirinya sudah mengenal gamelan, tetapi tidak dengan keroncong. Untuk itu, dia berekad bulat harus bisa mempelajarinya.
"Penasaran saja, kenapa saya tahu gamelan, tapi tidak keroncong. Yang menarik lagu keroncong itu menggunkan tangga nada yang berbeda denga muskc Barat, bukan diatonik tapi slendro dan pelog," sebutnya.
Hannah pun benar-benar memanfaatkan kesempatan mendapatkan beasiswa di ISI Surakarta itu. Jika siang hari belajar mengenai karawitan, sedangkan pada malam hari dimanfaatkan untuk belajar music keroncong. Ia mengakui mempelajari music keroncong dari sejumah komunitas music di Solo.
"Untuk belajar musik keroncong di Solo itu dengan komunitas-komunitas music keroncong. Tidak ada guru karena mereka tidak mau disebut guru. Teman-teman komunitas sangat terbuka untuk mengajari saya bermusik keroncong," jelasnya.
Belajar dengan pengamen
Saking jatuh cintanya dengan music keroncong, Hannah pun rela harus belajar music keroncong dengan pengamen.
Para pengamen yang setiap malam mangkal di warung makan 'Sumber Bestik' di depan SMA Al Islam Solo itu terdiri dari tiga orang, yakni Joko Mulato alias Pedro merupakan vokalis dan memainkan cak, Slamet alias Kepek memegang cello, kemudian Darwis alias Rembol memainkan cuk.
"Mereka mungkin paling terbuka untuk mengajari saya musik keroncong karena setiap malam selalu main musik keroncong untuk mengamen. Beda dengan komunitas lainnya yang kadang seminggu sekali main," ucapnya.
Hannah mengaku tidak malu ikut mengamen. Pasalnya dengan langsung ikut bermain, dia merasa a pengalaman dan ilmnya akan bertambah.
Saat mengamen di 'Sumber Bestik', Hannah memainkan instrumen bergantian dengan Pedro.
"Pak Pedro selalu mempersilahkan saya untuk menyanyi dan bergantian main cak," ungkap dia.
Pedro, menurutnya, selalu memberikan wejangan terkait teknik dan permainan dalam musik keroncong. Hannah belajar alat music cello juga dari Kepek. Meski demikian, untuk menguasai alat cello, Hannah mengakui bisa lihai.
"Kadang saya diajari seperti ini cara memainkan cak dan cello. Terus untuk belajar menyanyi di sini tidak hanya langgam Jawa tapi juga lagu pod an dangdut yang dikeroncongkan. Mereka sangat sabar mengajari saya," tuturnya.
Hannah pun mengaku terakhir kali ikut mengamen di 'Sumber Bestik' sekitar awal Juli lalu sebelum melakukan tur keliling ke beberapa kota di Indonesia untuk pentas musik keroncong bersama teman-temannya dari Amerika yang tergabung dalam Rumput Band.
Mengamen di warung makan kaki lima menjadi pengalaman yang luar biasa karena pembeli biasanya kaget melihatnya menyanyi langgam Jawa.
"Pembeli bestik langsung kaget ketika mengetahui yang nyanyi saya. Apalagi saya nyanyi langgam Jawa. Tapi it's okay," ucapnya.
Sementara itu, Pedro yang merupakan pentolan grup pengamen keroncong itu mengaku bangga dan senang bisa mengajari Hannah bermusik keroncong.
Ia pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Hannah di Joglo Sriwedari saat ada pertemuan komunitas keroncong. Saat itu, Hannah berkenalan dengannya sembari mengatakan tertarik untuk belajar keroncong.
"Setelah pertemuan itu, saya mengajak Hannah untuk bisa main ke tempat saya ngamen di Sumber Bestik. Eh, selang beberapa waktu kemudian, Hannah benar-benar datang dan belajar music dengan teman-teman pengamen ini," katanya.
Menurut Pedro, Hannah memiliki talenta bermusik yang sangat bagus. Setelah menguasai alat musik cak, kini ia sedang belajar cello kepada Kepek yang pernah dinobatkan sebagai pemain cello terbaik se-Solo dalam suatu ajang perlombaan di kota itu.
"Sebenarnya saya mengarahkan Hannah untuk fokus vokal keroncong saja. Tapi kemauan dia untuk belajar menguasai alat music keroncong keras. Setelah belajar cak dari teman yang lain, Hannah sekarang sedang cello di sini," akunya.
Membentuk grup musik
Sedemikian cintanya dengan keroncong, Hannah membentuk grup musik keroncong di Amerika Serikat dengan nama Rumput Band.
Selain Hannah, grup itu digawangi oleh Andy McGraw yang merupakan guru besar musik etnik di University of Richmond.
Grup keroncong Rumput Band itu mempelajari musik keroncong dari hasil rekaman video yang dilakukan Hannah di Solo dan kemudian dikirimkan kepada Andy.
"Saya kirim rekaman video masing-masing pemain yang memainkan alat musik keroncong. Rekaman itu dikirim kepada Dr Andy McGraw untuk dipelajari cara main musik keroncong. Sahabat saya tu juga yang memiliki alat gamelan Bali di Amerika," ujarnya.
Setelah program beasiswa Darmasiswa selesai, Hannah kembali ke Amerika pada 2015 lalu dan langsung bergabung dengan Rumput Band.
Grup tersebut pun sering pentas di sejumlah tempat di Amerika seperti di Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC, Wake Forest, Smithsonian Muesum, Richmond Univeristy dan lainnya.
"Orkes Keroncong Rumput Band saat ini jug sedang keliling di kota-kota di Indonesia seperti Solo, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta untuk bermain musik keroncong. Kami sangat senang akhirnya teman-teman Rumput Band bisa berkunjung di pusatnya keroncong di Solo," akunya bangga.
Kini, sembari bermusik dengan Rumput Band, Hannah melakukan penelitian musik keroncong untuk bahan kuliah S2 dan S3 di jurusan musik etnik di University of Pittsburgh, AS.
Sejak Agustu 2017 lalu, Hannah kembali datang ke Solo untuk melakukan penelitian keroncong.
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.