RajaCerdas.ORG Situs Poker Online Terpercaya dengan Bonus Rollingan dan Referral Tertinggi

Header Ads

bandarq BandarQ bandarq Agen Togel Terpercaya

Percobaan: 5 Hari Tidur dengan Plester Mulut Kontroversial

Percobaan: 5 Hari Tidur dengan Plester Mulut Kontroversial

Percobaan: 5 Hari Tidur dengan Plester Mulut Kontroversial



Ketika seluruh orang menjalankan sekian banyak cara demi bebas ngorok, saya menyimpulkan untuk mengikuti teknik penyanyi Jaz Andien Aisyah, plester mulut.

Seram? sepertinya iya.

Kata Andien, plester mulut ini dapat membantunya bebas dari ngorok, meminimalisir batuk dan tenggorokan kering di malam hari. Dia mengungkapkan bahwa teknik ini tergolong buteyko method yang adalahbagian dari pelajaran pernapasan guna orang yang mempunyai asma dan masalah pernapasan lainnya.


Latihan ini pun dikatakannya dapat membantu untuk membudayakan diri bernapas dari hidung, bukan mulut.

Memang, teknik plester mulut ini jadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Ada berpengalaman yang menuliskan kalau teknik ini terbilang fanatik demi membudayakan diri demi bebas napas mulut, namun napas dari hidung.

Menimbang sekian banyak positif dan negatif serta pro-kontra menyoal plester mulut ini, saya pun menyimpulkan untuk mencobanya sendiri.

Plester mulut yang digunakan tentunya bukanlah plester biasa. Bukan plester luka lagipula selotape kertas yang jernih atau hitam.

Selotape atau plester yang dipakai ialah plester micro tape. Plester ini dikenal pun dengan nama surgical tape atau medical tape. Sesuai namanya, plester berwarna putih ini memang tipis dan berpori dan dipakai saat operasi. Maka nama yang resmi ialah surgical tape.

Jika diacuhkan lembaran tipis micro tape ini mempunyai pori-pori 'kertas' kecil supaya kulit yang tertutup dapat tetap bernapas.

Saya mengupayakan untuk mengerjakan plester mulut ini sekitar lima hari. Saya memang tak istirahat mengorok, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu, contohnya terlalu lelah atau sedang pilek, namun tetap saja, plester mulut yang fenomenal ini menciptakan saya penasaran guna mencoba teknik ini. Konon katanya dapat memberi tidak sedikit manfaat guna pernapasan.

Di hari kesatu, menempelkan plester ke mulut memang masih terasa asing di mulut. Ada rasa lengket dan fobia tak dapat bernapas sesudah menempelkannya.

Namun tak terdapat masalah besar yang terjadi. Hanya saja, malam itu, saya 'panen' air liur di plester. Plesternya tak tembus air sampai-sampai 'tergenang' di ujung mulut.

Reaksi ini saya anggap normal sebab hal ini tidak jarang kali terjadi ketika ada benda baru yang menempel atau masuk ke mulut. Reaksi ini saya pun alami ketika kesatu kali menggunakan behel.

Di samping itu, mulut juga masih terasa kering dan aneh.

Ini sebabnya, di tepi batas sadar dan tak sadar, pukul 05.00 WIB, saya langsung melepas plester dari mulut, dan saya kembali istirahat dengan mulut tanpa plester.

"Aneh enggak rasanya?" "Gimana rasanya?" "Bisa napas enggak sih? Gimana bila tiba-tiba mati sebab kehabisan napas sebab mulut diplester?"

Pertanyaan teman-teman tersebut langsung memberondong saya.

Yang saya dapat jawab di hari kesatu itu, bagaimana rasanya? masih mengherankan karena masih hari kesatu. Lalu dapat napas kah? pasti bisa, sekalipun mulut diplester, tetapi lubang-lubang mikro di plester itu masih memungkinkan Anda guna bernapas, meski minim. Ini tentunya bertolak belakang ketika Anda memakai plester plastik (selotape atau bahkan lakban, yang pastinya tak disarankan untuk cara ini).

Di hari kedua, plester pulang menempel di mulut jelang tidur. Kali ini saya lebih sabar. Plester tak lagi dilepas subuh. Saya dapat bertahan istirahat dengan plester hingga pukul 06.00 WIB.

Hari kedua, saya mulai terbiasa. 'Iler' tak lagi hadir dan tak ngorok. Namun mulut masih terasa kering dan terus-menerus mohon untuk diberi minuman. Di tengah malam, saya masih sering terbatuk (saya dalam situasi sehat).

Yang tidak banyak membingungkan saat pakai plester ini ialah saat kita terbatuk dan haus. Dengan mulut terkunci erat -plester ini menempel erat di kulit dan tak gampang lepas dengan tidak banyak gerakan - kita akan kendala untuk batuk dengan 'lega' dan tertahan.

Hari ketiga, saya kian terbiasa. Masalah-masalah di hari kesatu dan kedua tak lagi dialami. Mulut tak lagi terlampau kering, wewangian mulut tak terlampau kuat (dengan daftar sikat gigi sebelum tidur), tak mengorok.

Hari keempat dan lima. Memplester mulut sudah laksana jadi rutinitas sebelum istirahat malam.

Efek dan saran

Ketakutan tentang susah dan sesaknya bernapas sesudah mulut diplester ini ternyata tak terbukti. Dengan plester mulut ini udara yang terbatas masih dapat masuk.

Hanya saja yang sulit ialah ketika Anda mesti menghadapi masalah batuk tengah malam dan pun haus tengah malam.

Agar dapat batuk 'lega' dan minum, pastinya plester ini mesti dilepas terlebih dulu. kita tak lagi juga dapat berteriak atau membalas panggilan orang yang membangkitkan Anda dari istirahat (ya, saya merasakan ini).

Aroma mulut yang diklaim dapat tetap segar nyatanya pun tak bakal segar bila Anda tak sikat gigi (ini faktanya). Jadi jangan bercita-cita 'bau naga' ketika bangun istirahat akan segar sesudah diplester walau Anda tak sikat gigi sebelum tidur. Ingat, ini plester guna mulut, bukan guna gigi.

Namun efek yang diklaim dapat membuat badan lebih segar dan lebih energik di pagi hari, masih belum dirasakan. Secara umum memang ada urusan positif yang terjadi tetapi tak terlampau signifikan. Percobaan ini masih mesti dilaksanakan dalam periode masa-masa yang lebih lama guna mendapatkan efek lainnya.

Efek positifnya, plester mulut yang erat ini mengakibatkan saya mesti menyangga mengatupkan mulut semalaman ini menciptakan saya jadi terbiasa untuk tidak jarang kali mengatupkan bibir. Tak terdapat lagi kelaziman melongo dengan bibir terbuka, tetapi saya jadi lebih terbiasa guna 'mingkem.' Poin plus bikin saya. Hanya saja dalam jangka panjang saya bercita-cita kalau teknik ini juga dapat membantu mengurangi kelaziman tidur menganga saya.

Meski terlihat gampang untuk dilakukan, tetapi menurut keterangan dari saya nyatanya urusan ini perlu perhitungan. Jangan sekali-kali mengerjakan plester mulut saat sedang pilek. Orang yang punya masalah dengan THT tergolong sinus dan polip pun usahakan tak mengerjakan hal ini.

Di samping itu, saat sedang 'program' plester mulut, pastikan kita menempelkan plesternya sesaat sebelum tidur. Sebaiknya tidak boleh menempelkan plester ketika Anda masih bakal membaca kitab sebelum tidur, nonton tv, atau bahkan membuka media sosial sebelum tidur. Pasalnya, saat Anda masih aktif sebelum tidur, kita masih bakal merasa haus, batuk, tenggorokan kering dan lainnya. Jika telah begini, Anda akan membuka dan memblokir plester berulang-ulang.

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.